Pages

Sabtu, 26 Oktober 2013

bahan pangan alternatif pengganti beras

BAHAN PANGAN ALTERNATIF
            Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang memiliki fungsi penting bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi. Banyak sekali berbagai sumber karbohidrat salah satunya yang paling sering kita jumpai adalah beras atau nasi. Saat ini harga beras sangat mahal maka dari itu diperlukan bahan sumber karbohidrat alternatif. Pada artikel ini terdapat berbagai macam sumber karbohidrat alternatif pengganti beras
1.     Singkong
Singkong merupakan sumber karbohidrat kompleks dengan nilai GI rendah yaitu di bawah 55. Kandungan seratnya yang tinggi, membuat singkong dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan trigliserida. Singkong dapat di olah menjadi berbagai olahan makanan salah satunya yaitu nasi tiwul
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbatsCCShFbMc-iJDD6llH4FVg7dVDX_CVR4XnXAZr5O5wRqEImjzjwWLBcImWSwPq4EIaEbb43UZDcDthx_UNHSrlMmJPoAJTYRtjKL1Nn-dMI_LjKwxiSeb3iZJDhVAWYr8yrtDBkJg/s320/nasi+tiwul.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_BDUL3fYllamE_JbYheKKZISLdl0Y7NywJmdqE-2N8EZIgwrxWheQlJzEUNLGeLF1zIjmr3DRsP-YPPN_kGP4RR3i3OA6ajfE0-R2_MlmJy9S58GqKmtPja1jhVBcT32HjDlu7sMWAv4/s320/Singkong.jpg
 






Tiwul dibuat dengan bahan dasar Singkong, Singkong merupakan salah satu sumber kalori potensial non-padi yang ternyata memiliki keunggulan dibanding dengan Padi. Singkong memiliki banyak kandungan Lemak, Kalsium, Zat Besi, Vitamin A dan C. Untuk membuat Tiwul bisa dengan cara mencampur Tepung Singkong (bahan dasar Tiwul) dengan 18 persen Tepung Kedelai, maka Tepung Komposit tersebut menjadi bahan pangan pokok bergizi tinggi dan lebih lengkap jika dibandingkan dengan Padi. Ditambah dengan telur maka lengkaplah tiwul itu memiliki kandungan Protein sebesar 29 persen.
Dari segi produksi, Tiwul juga memiliki segudang kelebihan dibanding dengan Padi. Sejauh ini, produksi Singkong masih surplus. Dan ternyata dari 100 persen produksi hanya 90 persen yang digunakan untuk bahan pangan, dan industri. 


2.     Ubi jalar
Karbohidrat dalam ubi jalar lebih lamban meningkatkan gula darah karena memiliki kadar GI rendah yakni 54. Ubi jalar juga mengandung vitamin A dan vitamin C, dimana vitamin A nya hampir dua kali lipat dari yang disarankan dikonsumsi setiap hari, sementara kandungan vitamin C nya dapat mencukupi 60% kebutuhan harian  tubuh akan vitamin C. Ubi jalar mengandung serat yang tinggi sehingga mudah dicerna dan dapat mencegah sembelit serta cocok juga untuk menjaga berat badan.
3.     Talas
mbotee.jpgTalas bisa menjadi sumber karbohidrat murah pengganti nasi yang kaya akan nutrisi dan rendah GI yaitu 54. Kandungan terbesar dalam talas adalah karbohidrat dan protein. Komponen karbohidrat di dalam talas berupa pati yang kandungannya mencapai 77.9 % dan memiliki sifat yang mudah dicerna. Sementara kandungan protein talas lebih tinggi dibanding singkong dan ubi jalar. Kandungan serat dalam talas juga tinggi mencapai 5,3 gram atau 20,5% memenuhi kebutuhan serat sehari. Konsumsi talas juga dapat mencegah resiko gangguan jantung dan tekanan darah tinggi.









4.     Sukun
Tanaman ini termasuk dalam jenis buah-buahan, namun sangat  potensial untuk digunakan sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi. Dibanding ubi jalar maupun kentang, sukun memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang lebih tinggi. Selain bergizi tinggi, sukun  mengandung senyawa flavonoid yang baik untuk kesehatan jantung dan ginjal.  Sukun memiliki komposisi nutrisi yang lengkap dan merupakan bahan pangan dengan GI rendah sehingga dapat berperan membantu mengendalikan kadar gula darah pada tingkat yang aman.
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan panen susulan pada bulan Juli - Agustus.  Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Konsumsi  beras rata-rata perkapita untuk sekali makan sebanyak150 g (= 117g karbohidrat, kadar karbohidrat beras sekitar 78%). Kandungan karbohidrat buah sukun 27%. Berarti satu buah sukun dengan bobot daging 1.350g mengandung karbohidrat sebesar 365g.  Jadi satu buah sukun dapat dikonsumsikan sebagai penggati beras  untuk 3-4 orang.Oleh karena itu buah sukun sesuai untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan pangan pengganti beras.
suukun.jpg
sukun.jpg
 








5.     Kentang
Bahan makanan ini tentu saja cukup populer dibanding beberapa jenis tanaman di atas. Kentang memang sudah sering dikonsumsi sebagai bahan makanan, namun belum sepenuhnya difungsikan sebagai pengganti nasi. Cara mengolah yang salah dapat membuat kandungan gizi kentang menjadi tidak optimal bahkan berbalik menjadi kolesterol jahat. Kandungan GI kentang juga cukup tinggi, sehingga perlu mengkonsumsinya dengan cara yang lebih sehat. Konsumsi kentang paling sehat adalah dengan cara direbus. Namun dibanding nasi, kentang lebih banyak variasi nutrisi dan serat dengan kalori yang lebih kecil. Kentang juga mengandung vitamin C yang cukup baik.
kentang.jpg
6.     jagong.jpgJagung
Jagung merupakan bahan pangan yang popularitasnya hampir sama dengan kentang. Namun, jagung sebagai sumber karbohidrat belum sepenuhnya dipilih sebagai pengganti nasi. Jagung hanya menjadi makanan selingan atau camilan dalam berbagai jenis makanan. Rasa manis jagung berasal dari fruktosa, sejenis gula buah yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes sekalipun. Fruktosa merupakan gula kompleks yang tidak langsung dicerna tapi harus diolah lebih dahulu menjadi gula sederhana.  Sebelum fruktosa tercerna, biasanya sudah terbuang bersama urin, sehingga tidak terserap tubuh. Pigmen warna jagung juga memiliki manfaat bagi kesehatan mata dan pelindung paru-paru. Kadar GI jagung  sendiri termasuk rendah antara 55-60.  Selain kaya kalori, jagung juga kaya antioksidan dan sumber vitamin B, serat dan mineral.
7.     Jalawure
Tumbuhan Jalawure sejak tahun 1962hingga sekarang telah dimanfaatkan kampung Cigadog Kecamatan Cikelet danmasyarakat yang ada di sekitar pesisir pantai selatan Kabupaten Garut untukdikonsumsi masyarakat sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. TepungJalawure telah banyak dimanfaatkan untuk membuat berbagai jenis kue, baik kuekering maupun kue basah. Kebutuhan kue jalawure masih hanya untuk kebutuhankeluarga, terutama digunakan pada saat menghadapi hari raya idul fitri danperayaan hajatan.
jalawure.jpg
Potensi penggalian pangan lokal kabupaten Garut, seperti Tumbuhan Jalawuretersebut yang sekarang sedang di produksi secara intensif melalui programpengembangan dan pembinaaan terarah dan berkelanjutan. Upaya produksi massaltersebut diharapkan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatanmasyarakat di wilayah yang bersangkutan.  Tumbuhan Jalawure diharapkandalam jangka panjang akan mampu mengganti peran tepung terigu dalam masyarakat.
Umbi dan Tepung Tumbuhan liar Jalawure kaya akan karbohidrat, Jalawuremenyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi di dalam tanah, dengan ukuran umbibervariasi antara 1 – 2 kg.Umbi Jalawure mengandung karbohidrat 38,16 gr/100 grdan dalam bentuk tepung Jalawure mengandung karbohidrat 83,07 ngr/100 gr.Apabila dibandingkan dengan jenis tepung lainnya, seperti : tepung terigu,tepung beras, dan tepung Jagung, maka tepung Jalawure mengandung karbohidratpaling tinggi. Dengan demikian umbi dan tepung Jalawure kaya akan karbohidrat.Selain itu, umbi Jalawure kandungan giji dalam tepung jalawura: lemak 0,17 g,protein 0,05 g, karbohidrat 83,07 g, Fe 2,00 mg, Vitamin C 9,31 mg, kadar abu1,30 g,kadar air 15,65 g, energi 334 kkl, hcn 0. Kedua jenis zat gizi tersebuttidak terdapat pada tepung terigu, tepung beras, dan tepung Jagung.


Senin, 30 September 2013

analisa kesadahan air dengan metode kompleksometri

ANALISIS KIMIA TERPADU
ANALISIS KESADAHAN AIR DRNGAN METODE TITRASI KOMPLEKSOMERTI


 










Oleh :

ARI MULYO LESTARI



PROGAM KEAHLIAN TEKNIK KIMIA
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS
SMK NEGERI 02 BATU
2013



BAB I 
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Sebagaimana dengan diadakanya percobaan analisis kesadahan karena tingkat kesadahan air sangat berpengaruh terhadap kulitas air tersebut. Kesadahan air adalahkandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ionlogam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
   Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda gunakan adalah air sadah atau bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah, maka sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

1.2  TUJUAN
Tujuan dari analisia kesadahan adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air sampel dan mengetahui kualitas air berdasarkan tingkat kesadahan
1.3  Manfaat
1.      Dapat mengetahui tingkat kesadahan air sampel
2.      Dapat mengetahui kualitas air sampel
3.      Dapat mengetahui jumlah ion Fe dalam sampel







BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.I Kesadahan air
            Di dalam air seringkali terkandung mineral yang terlarut, misalnya CaCl2, CaSO4, Ca(HCO3)2, MgSO4, Mg(HCO3)2 dan lain-lain tergantung dari sumber airnya. Air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ dalam jumlah yang cukup banyak disebut air sadah. Penggunaan air sadah ini menimbulkan beberapa masalah diantaranya sukar berbuih bila digunakan untuk mencuci dengan sabun, menimbulkan kerak pada ketel bila direbus karena air sadah mengendapkan sabun menjadi scum dan mengendapkan CaCO3 bila dipanaskan. Air yang hanya sedikit atau tidak mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ disebut air lunak.
Air sadah terutama disebabkan adanya Ca(HCO3)2 yang terlarut dalam air. Ion kalsium dan bikarbonat, antara lain berasal dari proses pelarutan batu kapur CaCO3 dalam lapisan tanah oleh air hujan yang mengandung sedikit asam.
CaCO3(s)
+
H2O(l)
+
CO2(g)
    →
Ca(HCO3)2(aq)
batu kapur

air hujan

kalsium bikarbonat


Air yang menetes di dalam gua mengandung Ca(HCO3)2 yang terlarut dan CaCO3 yang tidak larut. CaCO3  yang tertinggal di langit-langit gua semakin bertambah panjang membentuk stalaktit dan air yang menetes membawa CaCO3 yang semakin menumpuk di dasar gua makin tinggi membentuk stalagmit. Air yang terus mengalir mengandung Ca(HCO3)2 terlarut merupakan air sadah. Untuk mengetahui kesadahan suatu air dapat dilakukan penambahan tetesan air sabun terhadap suatu contoh sampel air sampai terbentuk busa. Air sadah memerlukan lebih banyak air sabun untuk membentuk busa, sedangkan air lunak hanya membutuhkan sedikit air sabun untuk membentuk busa.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+). Yaitu:
            2.2 Titrasi Kompleksometri
 Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat.
 EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
 Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru. Lalu berubah menjadi merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT (Anonima,2010).Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite.Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993).













BAB III METODE ANALISA
3.1  Alat dan Bahan


3.1.1        Alat
   Alat yang digunakan untuk analisa kesadahahan antara lain  Neraca analitik, Beaker Glass, Labu Ukur 50 ml dan 100 ml, Pipet Volume 10 ml, Pipet Ukur 10 ml, Erlenmyer 250 ml, klem dan ststif,  Buret,  Pembakar Spiritus, Kaki Tiga dan Kassa, Gelas Ukur 50 ml, Mortar dan Ali.




3.1.2        Bahan
      Bahan untuk analisa kesadahan adalah CaCO3, EDTA, indikator EBT, Buffer Salmiak, NH4OH, HCl, aquadest, kertas pH universal, Spiritus





















3.2  Cara Kerja
3.2.1       

CaCO3
Membuat Larutan Standar CaCO3 0,01 M 100 ml
                             
§  Ditimbang sebanyak 0,1 gr di Erlenmyer
§  Ditambah HCl dengan perbandingan 1:1sampai semua CaCO3 larut
§  Ditambah 20 ml aquadest
§  Dididih selama beberapa menit untuk menghilangkan CO2
§  Didinginkan dan ditambahkan indikator Metil Merah
§  Diatur sampai warna orange dengan menambahkan NH4OH 3N atau HCl 1:1 seperlunya
§  Dipindah ke labu ukur 100 ml
§ 

CaCO3 0,01 M 100 ml
Dihomogenkan dan di tanda bataskan


3.2.2       

EDTA
Membuat Larutan  Standar EDTA 0,01 M 50 ml

 


§  Ditimbang sebanyak 0,19 gr
§  Dipindah ke beaker glass
§  Dilarutkan dengan aquadest
§  Dipindah ke labu ukur 50 ml
§  Dihomogenkan dan ditandabataskan

EDTA 0,01 M 50 ml
 




3.2.3        Membuat Indikator EBT

EBT
 



§  Ditambahkan NaCl dengan perbandingan 1:10
§ 

Indikator EBT
Dihalushan dengan mortar dan alu


3.2.4       

NH4 pekat
Membuat larutan Buffer Salmiak pH 10

 


§  Diambil sebanyak 71 ml
§  Dicampur dengan 8,75 gr Amonium Klorida
§  Diencerkan dengan aquadest sampai 250 ml
§  Adjust pH hingga pada pH 10 dengan ditambah NH4Cl atau NH4OH

Larutan Buffer pH 10
 










3.2.5       

CaCO3
Standardisasi EDTA dengan Larutan Standar Primer CaCO3

 


§   Dipipet sebanyak 10 ml
§   Dipindah ke erlenmyer 250 ml
§   Ditambah 2 ml larutan buffer salmiak
§   Ditambah kurang lebih 50 mg indikatur EBT
§   Dititrasi dengan larutan EDTA
§   Dititrasi terus hingga terjadi perubahan warna ungu menjadi biru
§   Dilkukan duplo
§   Perhitungan

Hasil ...... ml
 




3.2.6        Penetapan Konsentrasi Sampel Air

sampel
 



§   Dipipet sebanyak 10 ml
§   Dipindah ke erlenmyer 250 ml
§   Ditambah 2 ml larutan buffer salmiak
§   Ditambah kurang lebih 50 mg indikatur EBT
§   Dititrasi dengan larutan EDTA
§   Dititrasi terus hingga terjadi perubahan warna ungu menjadi biru
§   Dilkukan duplo
§   Perhitungan

Hasil ...... ml
.


BAB IV DATA PENGAMATAN

4.1     Data Analisa
     -    Data Standardisasi
§      Hasil volume larutan EDTA        : 9,8 ml
§      Volume larutan CaCO3                     : 10 ml
§      Konsentrasi CaCO3                             : 0,01 M
            -   Data perhitungan sampel
§      Volume EDTA                           : 10 ml
§      Volume sampel 1                        : 0,2 ml
§      Volume EDTA                           : 10 ml
§      Volume sampel 2                        : 1,8 ml
§      Volume EDTA                           : 10 ml
§      Volume sampel 3                        : 2,1 ml
§      Ar unsur Ca                                : 40 gr/molek
             
4.2     Data Perhitungan
         -    Perhitungan membuat larutan EDTA
©        Gram EDTA= M.L.Mr
                     = 0,001 . 0,05 . 372,238 = 0.186119 = 0,19 gram
-          Perhitungan standardisasi larutan EDTA
VEDTA . MEDTA = VCaCO3 . MCaCO3
   9,8 ml . µ M  = 10 ml . 0,01 M
                 µ M =
                  µ M =
                  µ M = 0,01 M

-          Perhitungan konsentrasi sampel
©      Perhitungan sampel 1:
Konsentrasi ion Ca(ppm)  =
 
=
= 8 ppm
©      Perhitungan sampel 2:
Konsentrasi ion Ca (ppm)  =
 
=
= 84ppm

©      Perhitungan sampel 3:
Konsentrasi ion Ca (ppm)  =
 
=
= 72 ppm










BAB V PEMBAHASAN
5.1  Analisa prosedur
5.1.1        Membuat Larutan Standar CaCO3 0,01 M 100 ml
            Pada pembuatan larutan CaCOpertama CaCO3 ditimbang lalu ditambah dengan laruran HCl hal ini dilakukan untuk membantu pelarutan CaCO3 dengan aquadest setelah itu dilakukan pemanasan hingga mendidih ini bertujuan untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk ketika penambahan HCl kemudian didinginkan. Penambahan indikator MM (Metil Merah) bertujuan sebagai indikator ketika proses adjust pH pada larutan agar mudah mendeteksi, kemudian diatur hingga terbentuk warna orange dengan menambah larutan HCL atau NH4OH. Terakhir ditandabataskan di labu ukur 50 ml dan di homogenkan.

5.1.2        Membuat Larutan  Standar EDTA 0,01 M 50 ml
Pada pembuatan larutan EDTA langkah pertama adalah menimbang EDTA sesuai dengan perhitungan. Kemudian di pindah ke beaker glass untuk memudahkan melarutkan, setelah itu larutan dipindah ke labu ukur 50 ml. Larutan ditandabataskan dan di homgenkan
5.1.3        Membuat Indikator EBT
Pada pembuatan indikator EBT yaitu dengan cara mencampur serbuk  EBT dan  NaCl dengan perbandingan 1: 10
5.1.4        Membuat larutan Buffer Salmiak pH 10
Pada pembuatan larutan buffer salmiak pH 10 pertama dilakukan adalah mengambil larutan NHatau amoniak sebanyak 71 ml lalu dicampur dengan 8,75 gr amonium klorida. Untuk mengatur pH larutan dilakukan dengan cara penambahan NH4Cl atau NH4OH

5.1.5        Standardisasi EDTA dengan Larutan Standar Primer CaCO3
Pada tahap standardisasi langkah pertama adalah memipet larutan standar primer CaCO3 sebanyak 10 ml dan dipindah ke erlenmyer 250 ml lalu ditambah larutan bufer salmiak pH 10 untuk menjaga agar pH tetap pada kondisi basa sementara itu penambahan indikator EBT bertujuan untuk mengetahui terjadinya titik ekuivalen atau titik akhir titrasi. Ktmudian dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru. Bila sudah terbentuk warna biru maka proses titrsi harus segera dihentikan karena perubahan warna menunjukan bahwa titik akhir titrasi tetah tersapai. Selanjutnya dilakukan pendataan volume EDTA yang terpaki pada skala buret
5.1.6        Penetapan Konsentrasi Sampel Air
Pada tahap penetapan konsentrasi Ca langkah pertama adalah memipet larutan sampel sebanyak 10 ml dan dipindah ke erlenmyer 250 ml lalu ditambah larutan bufer salmiak pH 10 untuk menjaga agar pH tetap pada kondisi basa sementara itu penambahan indikator EBT bertujuan untuk mengetahui terjadinya titik ekuivalen atau titik akhir titrasi. Kemudian dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru. Bila sudah terbentuk warna biru maka proses titrsi harus segera dihentikan karena perubahan warna menunjukan bahwa titik akhir titrasi tetah tersapai. Selanjutnya dilakukan pendataan volume EDTA yang terpaki pada skala buret






5.2  Analisa hasil        
5.2.1        Standardisasi EDTA dengan Larutan Standar Primer CaCO3
Standardisasi merupakan suatu tahap dimana terdapat dua larutan yaitu larutan primer yang konsentrasnya sudah diketahui dengan jelas dan larutan sekunder yang masih belum diketahui konsentrasinya dengan jelas untuk itu perlu direaksikan dengan larutan primer. Ketika standardisasi pada saat penambahan larutan buffer salmiak ditujukan untuk menjaga agar pH larutan standar primer tetap pada pH 10. Sementara itu ketika penambahan indikator EBT dan titrasi terjadi reaksi:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –>  (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ (aq)
 







Sebelum titran EDTA ditambahkan untuk analisa, analit berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika EDTA- mengkompleks semua Ca2+ bebas dari larutan standar CaCO3  maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan larutan EDTA

5.2.2        Penetapan Konsentrasi Sampel Air
Pada penetapan konsentrasi sampel ini diacukan dengan larutan sekunder yang sudah di standardisasi. Untuk itu bisa lebuk akurat penempatan datanya. Ketika penetapan konsentrasi sampel reaksi yang terjadi maupun penambahan penambahan juga memiliki tujuan tang sama dengan pada saat standardisasi yaitu reaksi yang terjadi adalah:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –>  (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ (aq)
Sebelum titran EDTA ditambahkan untuk analisa, analit berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika EDTA- mengkompleks semua Ca2+ bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan EDTA
Hasil dari data yang didapat dari berbagai sampel adalah:
©      Sampel 1 air aquadest                  Þ 8 ppm
©      Sampel 2 air selolah                     Þ 84 ppm
©      Sampel 3 air sumber kungkuk      Þ 72 ppm
Hasil dari analisa tersebut menunjukan bahwa air aquadest memiliki tingkat kesadahan terrendah hal ini mungkin disebabkan karena proses penyulingan dapat memisahkan antara air dengan ion Ca2+ atau Mg2+ yang terkandung dalam air. Sedangkan air dari selolah memiliki tingkat kesadahan tertinggi hal ini bisa disebabkan karena pengolahan dari pihak PDAM sebagai penyalur air. Lain halnya desa kungkuk, air sumber tersebut memiliki tingkat kesadahan yang lumayan tinggi hal ini mungkin disebabkan dari ion ion tang berada di dalam sumber air tanah yang ada di desa kungkuk.
Hasil diatas telah menunjukan bahwa air aquadestlah yang memiliki kualitas tertinggi namun untuk mendapat aquadest tidak mudah juga. Maka dari itu air aquadest lebuh sering digunakan untuk berbagai macam analisa di labolatorium karena tingkat ion Ca2+ dan Mg2+ yang sedikit memungkinkan untuk mendapat data analisa yang lebih akurat



BAB VI KESIMPULAN

Kesimpulan :
      Hasil dari analisa penentuan tingkat kesadaha ion Ca2+ dari berbagai sampel didapatkan data analisa:
©      Sampel 1 yaitu dari air aquadest memiliki kadar ion Ca2+ sebanyak 8 ppm
©      Sampel 2 yaitu dari air kran sekolah (PDAM) memiliki kadar ion Ca2+ sebanyak 84 ppm
©      Sampel 3 yaitu  dari air sumber desa kungkuk memiliki kadar ion Ca2+ sebanyak 72 ppm
Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa air aquadest memiliki kualitas yang baik.